Rabu, September 30, 2009

Maria Ozawa yang Tua Renta

Maria Ozawa adalah perempuan yang saat ini menjadi topik berita dan cerita yang panas gara gara kabar ia akan bermain di salah satu film Indonesia. Dia dikenal dengan sebutan Miyabi. Popularitasnya meroket terutama di kalangan para pecinta tontonan pembangkit syahwat. Kenapa ? Karena Maria Ozawa adalah perempuan muda yang dititipi fisik dan paras yang lengkap sempurna tapi dengan ringannya memandang barang titipan itu sebagai komoditas yang memiliki nilai jual tinggi untuk menggapai kesuksesan sekaligus segala bentuk kesenangan. Berbekal pemikiran itu tanpa ragu, dengan tekad bulat diapun memanfaatkannya dengan maksimal, habis habisan. Dari aksinya itu, terbentuklah pasar (penggemar) yang meresponnya. Di Indonesia yang menyambutnya dengan gegap gempita pun tak terkira, walaupun secara diam-diam atau bisik bisik karena masih terbentur norma dan agama Tapi kondisi itu tercipta saya pikir karena si Miyabi saat ini terlihat muda dan sempurna. Coba kita terawang Maria Ozawa alias Miyabi 40 tahun yang akan datang.

Kalau si Maria ini masih hidup, saya bisa perkirakan kondisinya pasti gak jauh beda dengan teman sebaya nenek kita. Dengan berlimpahnya harta bisa saja kesehatannya tetap prima karena ia bisa memilih perawatan tubuh yang paling modern dan mutakhir. Tapi tetap saja tak akan ada teknologi kecantikan dan perawatan yang bisa membuat orang tua jadi muda. Keriputnya pasti datang, kulitnya jelas tak lagi kencang dan mulusnya menghilang, siklus tubuh berubah, uban tumbuh subur di sana sini, beruntung jika giginya tak tumbang satu satu, tenaga makin lemah, mungkin saja rematik menyerang dan wajahnya pasti tak lagi seelok sekarang. Itupun kalau sang Miyabi ini tak keburu kena hajar AIDS karena tuntutan karir atau semangat hedonisnya yang berkobar. Saat itu, jika masih bernafas, mungkin Maria Ozawa akan berpikir ulang tentang paradigma berpikirnya.

Bagaimana dengan penggemarnya ?. Dijamin deh tak akan ada lagi yang sudi mengangankannya. Berfantasi dengan nenek tua renta, siapa yang tega?. Lagipula pasti mereka sudah sama tuanya sehingga bisa dipastikan tak tersisa lagi segala hasrat terhadapnya karena baik penggemar maupun yang digemari sudah sama sama renta dilalap usia.

Jadi bisa jadi Maria Ozawa saat ini tak lebih dari ilusi. Ilusi itu tidak nyata walaupun kelihatannya seperti nyata. Maria Ozawa 40 tahun ke depan itulah yang nyata. Entah dia masih hidup dalam wujud nenek tua renta atau malah sedang menghadapi interogasi maha berat di liang kuburnya.

Minggu, September 27, 2009

Gelombang Arus Balik dan Magnet Kota

Berita arus mudik berangsur berlalu dari pemandangan kita. Kini, giliran gelombang arus balik yang menyita perhatian lewat cerita dan berita. Laporan pandangan mata seluruh media baik cetak, audio hingga audio visual, beralih tema. Didominasi berita dan potret dari berbagai penjuru lokasi, mulai dari daerah dimana arus balik bermula, sepanjang rute jalan yang dilalui, hingga kota tujuan yang menjadi ujung perjalanan gelombang besar manusia dari kampung halaman menuju kota yang katanya menjanjikan harapan. Pemandangannya sebenarnya serupa dengan peristiwa arus mudik, yang berbeda adalah tujuannya dan jumlah pesertanya. Tujuannya sekarang adalah kota, pusat harapan dan angan angan. Jumlah pesertanya ? Tentu saja bertambah, seiring dengan semangat mengikuti jejak anggota keluarga atau kawan yang setiap pulang kampung terkesan bertabur kesuksesan.

Arus balik tak ubahnya gelombang pasang bagi kota. Kota dalam benak dan fikiran sebagian besar orang desa telah dipandang sebagai ''surga'' yang menawarkan beragam keberhasilan. Kota telah terlalu dalam dipersepsikan sebagai lumbung uang, pekerjaan, pendidikan, dan karir. Kota dengan segala pencitraannya merupakan magnet yang membius kesadaran masyarakat desa untuk berebut mendekat kepadanya. Gemerlapnya kota telah membuat sebagian besar masyarakat desa silau sehingga memicu hasrat mereka berburu kesuksesan di kota. Daya tarik kota yang membius dan menyilaukan kesadaran itu membuat orang melalaikan konsekuensi bahwa tantangan hidup di kota tidaklah ringan. Taruhannya bukan sekedar harta atau materi, tetapi juga kehormatan, bahkan nyawa. Kenyataan telah banyak menunjukkan, begitu banyak orang yang hidupnya justru terhempas, limbung tak kuasa menahan kerasnya tuntutan kehidupan kota.

Tapi tetap saja kota akhirnya semakin sesak oleh orang-orang yang berjudi mengadu nasib di dalamnya. Dan ini tergambar dari mobilitas masyarakat dari desa ke kota yang terus menerus mengalami peningkatan, akibatnya problem perkotaan semakin meningkat. Kota dituntut menyediakan ruang (space) seluas-luasnya untuk menampung mereka. Padahal, kultur dan karakter kehidupan kota tidak memungkinkan untuk itu. Di sinilah kemudian terjadi ketimpangan sosial yang berpotensi mengubah karakter individu yang tadinya santun bersahaja menjadi cenderung emosional, akrab dengan kekerasan, dan sering terjebak pada tindakan menghalalkan segala cara.

Menurut saya, fenomena ini sangat layak menuntut perhatian dan pemikiran yang serius dari para pengelola Negara ini untuk terus berupaya merealisasikan program program yang handal, yang menyentuh akar permasalahan, sehingga mampu membatasi arus mobilisasi masyarakat desa ini. Akar permasalahannya sebenarnya sudah lama terdefinisi. masyarakat pedesaan mendambakan peningkatan taraf hidup dan perbaikan kesejahteraan yang mana mereka tidak bisa melihat peluang untuk bisa mewujudkan hal tersebut di desa.
Beberapa riset menunjukkan, serendah-rendahnya jenis pekerjaan yang dilakukan seorang migran di kota, senantiasa memperoleh pendapatan yang lebih baik dibandingkan sewaktu berada di desa. Ini misalnya tercermin dari pemungut puntung rokok, pengumpul kertas, dan tukang semir sepatu di Jakarta yang memperlihatkan kenaikan pendapatan sebesar dua hingga tiga kali lipat dibandingkan penghasilannya di desa. Dengan adanya kesenjangan upah itu maka pilihan untuk berurbanisasi adalah hal yang rasional secara ekonomis

Gelombang Arus balik adalah gambaran perjuangan mewujudkan harapan, meraih keberhasilan, mengatasi segala rintangan dan kerasnya tantangan untuk menaklukkan kota besar. Bagaimana seandainya jika semangat juang itu difasilitasi sehingga menjelma menjadi energi yang dahsyat dan mampu mencerahkan desa, membangunkan yang selama ini tertidur, serta sanggup mengubah kondisi tanah kelahiran menjadi tanah harapan baru.

Tidak seperti saat ini dimana sebagian besar sumber daya dari putra daerah/desa yang potensial tersedot ke kota, berjudi dengan nasib meninggalkan desanya yang kembali terkulai tak berdaya. Desa hanya sesekali terbangun, dihentak arus mudik saat Lebaran setahun sekali. Ini sudah berlangsung bertahun tahun. Apakah kondisi seperti ini patut terus kita langgengkan…??

Sabtu, September 26, 2009

FENOMENA DUA ARUS BESAR di IDUL FITRI

Arus Mudik dan Arus Balik, dua istilah yang begitu rekat di fikiran dan hati masyarakat Indonesia. Gerakan massal yang tak jelas siapa memulai dan kapan startnya ini telah menjelma menjadi tradisi dan seiring bertambahnya waktu, makin bertambah kuat mengakar. Bahkan untuk sebagian masyarakat aktifitas yang penuh perjuangan ini sudah seperti menjadi suatu ritual wajib. Untuk mereka yang memegang prinsip ini, apapun siap diterjang demi kembali ke tanah kelahiran, demi hadir dan bersimpuh di pangkuan orang tua, bapak ibu, kakek nenek, demi menjumpai dan melepas kerinduan pada keluarga, sanak saudara, kerabat, teman bermain dan berangkat besar, pada suasana desa yang teduh, ramah, bersahaja namun penuh kehangatan dan jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk kota. Semua itu dan motivasi lain yang mungkin mengikuti, menemukan momentumnya pada setiap Hari Raya Idul Fitri alias lebaran.

Mudik, budaya lebaran kita, mobilisasi kolosal Idul Fitri kita, yang bahkan diperkirakan sebagai mobilisasi penduduk terbesar di dunia, memang fenomenal!!. Fenomenanya menarik untuk dicermati dan mengundang berbagai tinjauan serta sudut pandang. Mudik banyak yang mengupas sebagai sebuah fenomena sosial, budaya bahkan spiritual.
Tradisi mudik dari waktu ke waktu makin menunjukkan eksistensi sebagai ritual yang mampu menembus batas-batas rasionalitas kebanyakan pelakunya. Kampung halaman dengan segala ornamennya senantiasa menebarkan romantisme masa silam dan akan selalu berkesan bagi kaum urban yang merantau. Tak mengherankan jika jauh-jauh hari mereka sudah mempersiapkan diri. Para pemudik ikhlas menghabiskan tabungan hasil keringatnya bekerja keras dalam setahun tanpa syarat, rela berhimpitan dan berdesakkan dalam kendaraan umum, menyediakan diri tersiksa berjam jam dalam perjalanan, dan pantang mundur menantang kemacetan abnormal yang menghabiskan waktu dan stamina. Bahkan yang mengkhawatirkan, mereka terkesan kurang mempedulikan keselamatan pribadi dan keluarganya.

Perjalanan belum selesai, itu tadi baru perjalanan satu arah. Tradisi mudik tidak pernah sendirian, ia selalu diiringi oleh mobilisasi Arus Balik yang tidak kalah fenomenal. Hingga kini, kedua arus besar ini tidak pernah terpisahkan. Arus Mudik selalu diikuti oleh Arus Balik, dan selanjutnya Arus Balik ini akan menjadi cikal bakal Arus Mudik berikutnya. Dan fakta menunjukkan kecenderungan, ‘peserta’ yang ikut serta dalam kedua peristiwa ini selalu bertambah.

Saya mengamati kedua peristiwa nan fenomenal itu memang hanya dari berita di televisi, surat kabar, atau cerita seru yang menyenangkan sekaligus menegangkan dari teman-teman yang baru kembali dari acara mudiknya.
Banyak hal positif yang menjadi tujuan dan bisa dipetik, namun dampak negatifnya juga tidak bisa diabaikan, apalagi munculnya persoalan yang mengikuti. Tak jarang kawan yang mudik sebelum hari Idul Fitri dengan ringan atau berat hati terpaksa mengalahkan puasa yang belum genap sebulan. Tambah lagi bila menyaksikan betapa berat perjuangan dan pengorbanan yang harus dilalui oleh saudara saudara kita yang mudik. Hati makin bergidik ngeri mendengar berita tentang ratusan bahkan mencapai ribuan nyawa yang melayang di jalan akibat kecelakaan.

Terkait masalah nyawa, hendaknya ini menjadi perhatian dan pertimbangan semua pihak, baik pemerintah maupun seluruh lapisan masyarakat.
Pemerintah perlu melakukan manuver kebijakan radikal dan komprehensif, untuk mengatasi murahnya nyawa di jalan raya ini. Merombak total dalam pengelolaan transportasi publik menjadi salah satu solusi yang seharusnya segera dilakukan. Masyarakat pun seharusnya sudah mulai memikirkan dan mempertimbangkan dengan seksama bahwa saat Lebaran tiba tidak harus berebut menuju ke kampung halaman. Jangan sampai peristiwa mudik lebaran ini terjebak menjadi aktivitas dengan taruhan nyawa

Mestinya, dengan Idul Fitri, dengan mudik segala arti, kita bisa mulai kembali menakar, mempertimbangkan dan menentukan setiap langkah kita esok hari sesudah Hari Raya berlalu menjadi langkah yang terarah menuju Allah Yang Maha Suci, Pemilik kampung akhirat, dimana kita semua pasti akan mudik kesana.

Kamis, September 24, 2009

Apa Kabar Sobat ?

Waktu memang cepat sekali bergerak. Tanpa sadar sudah dua bulan lebih saya vakum menulis dalam rangka mengupdate blog yang tadinya memang masih terengah-engah dan sekarang makin kembang kempis saja. Yang hadir terakhir tulisan mengenai ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton. Cerita seru dan cerita panas berikutnya baik yang berkaitan dengan hal tersebut maupun berita lain, atau sekedar bikin coretan tumpahan pikiran nyeleneh bin ngawur satu persatu berlalu, melintas tak terbahas.

Berawal dari kesibukan dari pekerjaan, akhirnya berkembang jadi redupnya semangat dan makin menumpulkan kepekaan. Terasa ada yang hilang, namun untuk memulai kembali terasa gamang. Rindu juga melakukan aktivitas blogging seperti yang di awal awal ngeblog jadi fokus utama perhatian. Menyerap berita, cerita jadi seru karena harus dituangkan jadi tulisan yang diharapkan berguna. Blogwalking ke blog para sobat jadi santapan sekaligus ajang silaturahmi yang menyenangkan. Dua bulan absen, tak dinyana bikin kangen.

Sekarang saya ingin berjalan lagi. Mencoba merekat lagi semua yang saya tak sadar telah renggangkan sendiri. Sekaligus di suasana yang masih berbalut kefitrian ini saya ingin membuka hati sobat dengan ucapan :

MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN.

Mohon dimaafkan segala kata yang mungkin pernah menyinggung, tak berkenan atau tercela di hati sobat semua. Semoga saya tetap diperkenankan untuk menjadi teman untuk berbagi dan belajar.

Maafkan daku juga untuk para sobat pengamat yang belakangan menemui tulisan tulisan alien yang beraroma komersil dan mungkin sedikit mengganggu he he he..

Jadi sekarang… Apa Kabar Sobat ??

Rabu, September 23, 2009

Watching Activity Support

While leaving all alone at home, watching television can be your favorite activity. Watching television is entertaining and at the same time getting information. Nowadays, people use satellite television provider to make this activity has more quality and more interesting than before.

Directv is the best satellite television provider for today. Last year, there are more people subscribed to DIRECTV than any other cable or satellite television provider. Now, they have over 130 of the best HD channels means three times more than cable. They offer great Direct TV packages and service. They have various packages for fulfilling your needs such as Premier Package, Family Package, Plus DVR Package, and more. All the packages are completed with local channels. For the service, you will get professional installation for this digital satellite tv and exceptional customer service. With more movies, sports, and more of your favorite channels in HD, you will experience the Direct TV HD difference. It makes your watching activity more entertain and fun while getting more information at the same time.

No one beats tv en direct when it comes to HD Channels. That’s why you will never be wrong by choosing Direct TV to support watching activity in your home. They will entertain you more and more while leaving all alone at home. Get complete information by visiting directtv.com.

Selasa, September 22, 2009

Give a Hand to Your House Right Now!

House always needs renovation or repairation. There is always broken part existed every where in unpredictable time. It can caused by economic period of your house part or catastrophe. You will need to do it individually to save some money. You maybe also need to redecorate your house. Setting wallpapers, unique clock, furnitures, and other accessories can be your choice. Or maybe you want to repaint your house. All you need are following instructions from guidelines for safety and right tools to do your homeworks very well. Buy it from Shopwiki to get the best products!

Shopwiki is a Workshop and Home improvement shop that will help you to avoid difficultes in house working. There are many kind of hardware and tools, painting supplies, house paints, workshop accessories, etc. It is also has many tools that are usually used for carpentary, patterns sculpting, and planting. The available tools are some kinds of crowbars, workshop accessories, hand tools, levels, clamps and vises, pliers, tape measures, and many more. If you do carpentary for your furiture, door, window, or other else, you may need circular saw. It is a handheld saw that can avoids you from blade. You can cut lumber, plywood, posts, plastic, and metal things with this saw, depends on its type.

To put some nails or to pin your house, you may need power drills. It is available in vary speed and adjustable clutch. You can use either corded or cordless power drills. It has three kinds of drills that you can use for some drilling methods, like screw guns, hammer drills, and regular drills, vary in size.