Idul Adha atau hari raya qurban hari ini dirayakan umat islam di tanah air. Lantunan takbir diiringi tabuhan bedug di satu dua mesjid menggema menambah nuansa energi hari raya. Memang di masyarakat muslim kita sepertinya Hari Raya Idul Adha tidak begitu ‘semarak’ dibandingkan Hari raya Idul Fitri. Padahal makna yang terkandung pada Idul Adha juga sangat dalam dan menebarkan energi positif pada kita, diantaranya tentang nilai keikhlasan, kerja keras dan penghambaan pada Yang Maha Kuasa.
Kisah Nabi Ibrahim A.S dan Nabi Ismail A.S seperti sudah sama sama kita ketahui mencerminkan bagaimana seorang hamba rela mengorbankan sesuatu yang sangat dicintainya sebagai wujud ketaatan yang sempurna sekaligus pembuktian kecintaan pada Allah SWT. Nabi Ibrahim A.S memenuhi sumpahnya pada Allah SWT untuk selalu taat sewaktu ia belum memiliki anak. Dan ketika anak yang diidamkan tengah menjadi pengisi hidup dan menjadi sumber kebahagiaannya, dengan keikhlasan yang luar biasa, Ibrahim A.S rela mengorbankan putranya Ismail A.S atas dasar perintah Allah SWT.
Kemudian Nabi Ismail A.S, di usianya yang masih belia tanpa keraguan sedikitpun menyediakan dirinya untuk dikurbankan karena yakin dan taat pada perintah Allah SWT. Ini bukan hanya cermin keikhlasan yang sejati, tapi juga ketabahan yang mumpuni.
Kita juga masih ingat tentang bagaimana kerja keras Siti Hajar, ibunda Ismail A.S yang pontang panting berlari lari antara Shafa dan Marwa sebanyak tujuh kali sambil berdoa kepada Allah SWT dengan harapan mendapatkan tetesan air untuk mengobati rasa haus anaknya. Pada titik dimana kerja kerasnya mencapai maksimal, Allah SWT membuktikan kemurahannya dengan mengeluarkan dari dalam gurun pasir mata air ‘zam zam’tepat di bawah kaki Ismail A.S. Disini tersirat kerja keras dan doa merupakan hal yang menjadi bagian kita sebagai insan untuk melakukan. Soal hasil, itu adalah urusan Allah. Tapi yang jelas Allah itu Maha Adil dan tidak mungkin menzalimi hambanya.
Mudah mudahan Hari Raya Idul Adha tahun ini energi nya bisa lebih meresap di relung hati kita semua. Bukan cuma sebatas cerita pengisi khotbah tapi mampu membuat perubahan penting pada kehidupan kita saat ini yang dikepung dengan segala bentuk pamrih, kemalasan, panjang angan angan, segala bentuk perebutan kekuasaan dan banyak energi negatif lainnya. Tentunya perlu kerja keras dan energi maksimal kita baik jasmani maupun keimanan untuk mewujudkan hal tersebut.
Kisah Nabi Ibrahim A.S dan Nabi Ismail A.S seperti sudah sama sama kita ketahui mencerminkan bagaimana seorang hamba rela mengorbankan sesuatu yang sangat dicintainya sebagai wujud ketaatan yang sempurna sekaligus pembuktian kecintaan pada Allah SWT. Nabi Ibrahim A.S memenuhi sumpahnya pada Allah SWT untuk selalu taat sewaktu ia belum memiliki anak. Dan ketika anak yang diidamkan tengah menjadi pengisi hidup dan menjadi sumber kebahagiaannya, dengan keikhlasan yang luar biasa, Ibrahim A.S rela mengorbankan putranya Ismail A.S atas dasar perintah Allah SWT.
Kemudian Nabi Ismail A.S, di usianya yang masih belia tanpa keraguan sedikitpun menyediakan dirinya untuk dikurbankan karena yakin dan taat pada perintah Allah SWT. Ini bukan hanya cermin keikhlasan yang sejati, tapi juga ketabahan yang mumpuni.
Kita juga masih ingat tentang bagaimana kerja keras Siti Hajar, ibunda Ismail A.S yang pontang panting berlari lari antara Shafa dan Marwa sebanyak tujuh kali sambil berdoa kepada Allah SWT dengan harapan mendapatkan tetesan air untuk mengobati rasa haus anaknya. Pada titik dimana kerja kerasnya mencapai maksimal, Allah SWT membuktikan kemurahannya dengan mengeluarkan dari dalam gurun pasir mata air ‘zam zam’tepat di bawah kaki Ismail A.S. Disini tersirat kerja keras dan doa merupakan hal yang menjadi bagian kita sebagai insan untuk melakukan. Soal hasil, itu adalah urusan Allah. Tapi yang jelas Allah itu Maha Adil dan tidak mungkin menzalimi hambanya.
Mudah mudahan Hari Raya Idul Adha tahun ini energi nya bisa lebih meresap di relung hati kita semua. Bukan cuma sebatas cerita pengisi khotbah tapi mampu membuat perubahan penting pada kehidupan kita saat ini yang dikepung dengan segala bentuk pamrih, kemalasan, panjang angan angan, segala bentuk perebutan kekuasaan dan banyak energi negatif lainnya. Tentunya perlu kerja keras dan energi maksimal kita baik jasmani maupun keimanan untuk mewujudkan hal tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Sahabat.. (But, spam is not friendly)