Suatu insiden dalam kehidupan kadang bisa mementahkan apa yang selama ini kita yakini tentang suatu keadaan termasuk keyakinan terhadap diri sendiri
Maha Besar Allah dengan kekuasaanNya yang tidak terbatas, tapi sangat sayang pada kita yang sering kebingungan dalam menakar kadar diri sendiri. Dia membangunkan kesadaran dalam jiwa dengan cara yang kadang aneh dan getir, walaupun kemudian kita sendiri akhirnya harus maklum pandangan aneh dan getir itu muncul karena pikiran dan hati kita yang sempit, yang hanya memandang kenyamanan, naluri untuk menjauh dari resiko dan menghindari konsekuensi sebagai suatu yang menentramkan.
Entah bagaimana sudut pandang sobat, namun menurut saya ketergantungan kita pada Kekuasaan Yang Tak Terlihat sebenarnya benar-benar pada taraf ekstrim.
Sedikit saja kita bergeser dari sekedar niat baik yang sederhana, kesusahan dan kesempitan mudah sekali datang berkunjung, hingga akhirnya kita selalu kembali meratap-ratap dengan susah payah padaNya.
Tapi sayangnya bukan susah payah yang sejati. Karena sering setelah beban diangkat, keluasan diberi, dan kesenangan dikucurkan olehNya, kita kembali terlupa dan terjerembab lagi dalam kealpaan
Padahal pada saat kita sampai pada titik terendah di hadapanNya dan hanya bisa tersungkur dalam ketidak berdayaan yang serius dan tidak dibuat-buat disitulah kita sering menemukan kemurahanNya
Pikir-pikir dalam menjalani kehidupan ini, hampir sebagian besar saya isi dengan kesalah pahaman dalam mengukur diri sendiri. Sangat sedikit sekali saya berpikir tidak keliru.
Ternyata…
Saya sering mempersempit ruang kebahagiaan diri sendiri.
Saya begitu bodoh dan rapuh, hingga sering menilai sesuatu dengan kata-kata yang menurut pikiran ini paling pintar dan meyakinkan dengan rasa percaya diri yang menggelora tapi lupa bahwa sebenarnya diri ini banyak cela.
Saya jugalah yang sering sombong dan terlena, hingga akhirnya kebenaran dan kesejatian yang terbungkus rapi dalam hikmah, sering enggan datang untuk memperlihatkan diri dan menyelamatkan kesadaran saya dari jebakan ranjau-ranjau kehidupan yang tertutup rapi dan tampak bersahabat.
Saya memang bukan apa-apa.
Bahkan untuk sekedar dibilang bodohpun saya belum pantas, karena cap bodoh itu bisa dibilang satu sinyal dari eksistensi.
Sedangkan saya..? Cuma sebutir debu dari beribu-ribu kali semesta di hadapanNya.
Eksistensi saya mungkin hanya akan diakui bila keseluruhan diri sanggup untuk cuma menghamba padaNya.
Karena status saya ya memang cuma hamba…., merasa lebih dari itu hanya akan membuat malaikat terpingkal-pingkal tertawa....
Maha Besar Allah dengan kekuasaanNya yang tidak terbatas, tapi sangat sayang pada kita yang sering kebingungan dalam menakar kadar diri sendiri. Dia membangunkan kesadaran dalam jiwa dengan cara yang kadang aneh dan getir, walaupun kemudian kita sendiri akhirnya harus maklum pandangan aneh dan getir itu muncul karena pikiran dan hati kita yang sempit, yang hanya memandang kenyamanan, naluri untuk menjauh dari resiko dan menghindari konsekuensi sebagai suatu yang menentramkan.
Entah bagaimana sudut pandang sobat, namun menurut saya ketergantungan kita pada Kekuasaan Yang Tak Terlihat sebenarnya benar-benar pada taraf ekstrim.
Sedikit saja kita bergeser dari sekedar niat baik yang sederhana, kesusahan dan kesempitan mudah sekali datang berkunjung, hingga akhirnya kita selalu kembali meratap-ratap dengan susah payah padaNya.
Tapi sayangnya bukan susah payah yang sejati. Karena sering setelah beban diangkat, keluasan diberi, dan kesenangan dikucurkan olehNya, kita kembali terlupa dan terjerembab lagi dalam kealpaan
Padahal pada saat kita sampai pada titik terendah di hadapanNya dan hanya bisa tersungkur dalam ketidak berdayaan yang serius dan tidak dibuat-buat disitulah kita sering menemukan kemurahanNya
Pikir-pikir dalam menjalani kehidupan ini, hampir sebagian besar saya isi dengan kesalah pahaman dalam mengukur diri sendiri. Sangat sedikit sekali saya berpikir tidak keliru.
Ternyata…
Saya sering mempersempit ruang kebahagiaan diri sendiri.
Saya begitu bodoh dan rapuh, hingga sering menilai sesuatu dengan kata-kata yang menurut pikiran ini paling pintar dan meyakinkan dengan rasa percaya diri yang menggelora tapi lupa bahwa sebenarnya diri ini banyak cela.
Saya jugalah yang sering sombong dan terlena, hingga akhirnya kebenaran dan kesejatian yang terbungkus rapi dalam hikmah, sering enggan datang untuk memperlihatkan diri dan menyelamatkan kesadaran saya dari jebakan ranjau-ranjau kehidupan yang tertutup rapi dan tampak bersahabat.
Saya memang bukan apa-apa.
Bahkan untuk sekedar dibilang bodohpun saya belum pantas, karena cap bodoh itu bisa dibilang satu sinyal dari eksistensi.
Sedangkan saya..? Cuma sebutir debu dari beribu-ribu kali semesta di hadapanNya.
Eksistensi saya mungkin hanya akan diakui bila keseluruhan diri sanggup untuk cuma menghamba padaNya.
Karena status saya ya memang cuma hamba…., merasa lebih dari itu hanya akan membuat malaikat terpingkal-pingkal tertawa....
Saya bukanlah apa-apa dari bermilyar semesta dihadapan-Nya.
BalasHapusmarilah kita semua merubah dari bukan apa-apa menjadi apa yang berarti dihadapan-Nya dengan menghamba sepenuh hati kepada-Nya bukan yang lain.
Wah, merasa diri ini bukan apa-apa dan masih banyak kekurangan adalah langkah awal untuk bisa menjadi lebih baik lagi ke depannya. Semoga setiap hari bisa kita jadikan sarana untuk memperbaiki diri deh.
BalasHapusbetul kata sobat iskandaria.. ^^
BalasHapussemoga kita bis amakin lebih baik esok demi esok harinya.. makin ceria juga.. :D
memang diri ini bukan apa-apa, makanya kita sepatutnya tidak boleh sombong sedikitpun... Allah yang berhak bersombong. makasih mas cerita yang bisa menjadi pencerahan baru
BalasHapusartikelnya inspiratif mas
BalasHapusya, qta hanyalah hamba, tak lebih, layani Raja qta dan kita akan mendapat balasnya:)
BalasHapushidup itu nikmatin aja mas..
BalasHapusjgn dibikin susah he..he.. :D
sip tenenan pak !! kpan2 mampir ya..
BalasHapus:))
aku hanya debu di dunia ini
BalasHapusnice emang tdk seru
BalasHapusmas saya ikutin blognya mas tp gantian ya
BalasHapushal yang g pernah disadari itulah yang kadang membahayakan kita
BalasHapustetap dekat dengan yang di atas adalah kuncinya
Lagi curhat yach? hehe
BalasHapusoya linknya dah dipasang yach..
Tadinya aku dah ngantuk. tp hbs baca artikel ini jadi seger hehehe
BalasHapusGud article :D
@Untuk seluruh sobat
BalasHapusTerima kasih untuk semua tanggapan yg diberikan, semua berarti dan membesarkan hati.
@Ajie
siap bos. makasih ya
@zalukhu Tutorial
he he he thanx ya bang
wah, benar itu.
BalasHapusmanusia hanya bisa mengeluh mengeluh dan mengeluh..
sulit sekali untuk bersyukur.
nice posting :)
salam kenal,
rani
@rani....salam kenal juga Rani, thanx udah mampir :D
BalasHapusbener juga tuh gan,,
BalasHapusterima kasih buat infonya,,
salam kenal aja gan